-(Opini) Review Gameplay FIFA 22: Tombol Kotak Adalah “Koentji”?-
“Gimana sih kok gue gabisa defend?”
“Mana, dah mencet tombol kotak masih gabisa ngerebut!”
“Ah, scam nih game!!!”
Yak, keluhan-keluhan di atas adalah hal yang lumrah penulis temui saat main FIFA 22 bareng temen. Memang, masalah defend jadi sorotan utama ketika bermain FIFA 22 yang bukan hanya dialami oleh temen penulis melainkan juga orang lain pada umumnya.
Jadi, pada artikel kali ini penulis bakal menjelaskan lebih lanjut mengenai gameplay FIFA 22. Pembahasannya akan terfokus pada dua aspek yaitu aspek nyerang (attack) dan bertahan (defend).
Review ini juga bakal memasukan opini orang lain yaitu temen penulis sehingga kalian bisa mendapatkan pandangan yang lebih beragam.
Dan penulis mainnya di laptop ya (Tuf Gaming A15 FX506i) atau bisa dibilang “PC Version”-nya. Jadi gabisa komentar deh soal fitur “Hypermotion” yang eksklusif untuk “Next-Gen Console” (kalau udah bisa beli PS5 insyaallah bakal direview dah wkkw).
So, let’s check it out!
1. DEFEND
Pembahasan pertama pada artikel ini adalah masalah bertahan alias defend. Kenapa sih aspek ini dibahas lebih dulu? Ya, karena hal ini yang menjadi banyak sorotan dari temen penulis ketika bermain FIFA 22. Lalu, apa aja sih keluhan dan pendapat terkait aspek ini?
A. Tackling Ability
Jadi, menurut 4 dari 7 (mereka (nama inisial) adalah FI, AJ, MF, FD) teman penulis yang pernah main FIFA 22 mengeluhkan tingkat agresivitas ketika bertahan yang agak “loyo”. Mereka menganggap “A.I.” di FIFA 22 males ngepress ketika pemain lawan sedang melakukan serangan. Hal ini berbeda dengan eFootball 2021 (atau PES 2021) yang secara otomatis mampu menunjukan agresivitas mereka. Mereka nyebut hal tersebut dengan istilah, “tubruk, lalu rebut”.
Tapi, pandangan tersebut agak berubah nih Noobs setelah mereka mengenal mode “Legacy Defending” yang pernah kami bahas pada artikel sebelumnya. Pelan-pelan mereka mulai bisa “menikmati” bermain game tersebut. Tapi, ya tetep aja si mereka lebih favour PES 21 dalam hal bertahan. Dan dari 4 orang ini, masih ada yang cukup kesulitan merebut bola (si AD). Doi masih kesulitan dalam memaksimalkan tombol kotak () yang berfungsi untuk standing tackle atau nubruk lawan. Makanya pada judul di atas, tombol kotak (
) penulis singgung karena bermain penting dalam kenyamanan saat bermain FIFA ketika bertahan.
Salah satu contoh ngedefend pakai tombol kotak di FIFA 22
Untuk tiga orang sisanya (inisial AN, RA, dan SJ), tidak terlalu mengalami masalah dalam bertahan. Namun, ada yang lebih memilih PES meski sayangnya dia tidak terlalu merhatiin masalah agresivitas seperti yang dijelaskan di atas (si AN). Intinya, bagi dia defend di FIFA emang enak, tapi PES lebih better (doi juga ga terlalu notice karena emang jarang main game bola alias orang awam wkkw). Lalu, dua orang sisanya salah satunya menganggap defend di FIFA lebih better (si RA). Ya mungkin ini karena doi lebih terbiasa main FIFA, jadi mungkin lebih nyetel disitu. Doi juga lebih milih “Tactical Defending” ketimbang “Legacy” karena baginya lebih mudah aja. Selain itu, ia juga menganggap sangat sulit untuk melakukan sliding tackle di eFootball ketimbang di FIFA 22 (doi sering dapat pelanggaran saat melakukan hal tersebut di eFootball).
Dan untuk yang terakhir (si SJ), dia anggap ngedefend di FIFA sama aja kek di PES. So, no problemo lah.
Dan untuk penulis sendiri, memang sih di FIFA itu agak cukup sulit ngedefend terutama jika lawan lo itu jago gocek. Tapi bukan berarti penulis lebih demen defend mechanic di PES. Karena ya tetap lebih enak di FIFA sebab pada game tersebut animasi bertahannya lebih banyak variasinya dan gerakannya juga lebih lentur. Dan mungkin ini karena penulis lebih rajin ngeFIFA sehingga secara gameplay jadi lebih akrab la (P.S: penulis juga cukup rutin main PES ya kalau ngumpul ma temen, cuman tetap aja belum bisa nyetel ma mekanik gameplaynya wkwk). Dan untuk masalah yang sliding tackle (pakai tombol bulet (), penulis si anggap emang di eFootball lebih sulit. Namun, di FIFA pun juga agak susah sehingga ya bakal lebih sering pakai standing tackle timbang “nyosorin” kaki ke lawan wkwk
Salah satu contoh penyelamatan pakai kaki di FIFA 22
B. Goalkeeping Ability
Terakhir, akan dijelaskan ni aspek bertahan dari segi kiper. Menurut penulis dan hampir semua temen penulis (khususnya si RA), kiper di FIFA 22 mengalami peningkatan khususnya dalam variasi gerakan penyelamatan. Dan salah satu aspek yang penulis cukup soroti adalah kiper di FIFA 22 cukup sering bermain kaki dalam menghalau tembakan lawan, tidak seperti di eFootball 2021 atau pun di FIFA 21. Dan juga beberapa kiper di FIFA juga ada yang sangat sulit dibobol seperti Thibaut Courtois, David de Gea, Alisson Becker, dll. Hal ini juga telah di approve oleh beberapa orang seperti CJM, TLM (The Lazy Monday) maupun PC Gamer.
Baca juga:
Defending di FIFA 22-23 Susah? Berikut Cara Pake Legacy Defending Biar Mirip PES!
Review Fitur Baru Career Mode Manager FIFA 23 – Akhirnya Bisa Pakai Manajer Asli!
(Opini) Pendapat Mengenai Career Mode di FIFA 21
2. ATTACK
Oke, selanjutnya akan dibahas aspek terakhir yaitu aspek menyerang atau attacking. Nah, pada aspek ini sepertinya hampir semua temen penulis (termasuk penulis sendiri) cukup menikmati gameplaynya. Salah satu hal plus dari FIFA 22 adalah masalah passing atau ketika memberikan umpan.
A. Passing Ability
Bagi beberapa teman penulis (khususnya FI dan RA), passing di FIFA 22 lebih baik daripada di eFootball 2021. Bahkan salah satu temen penulis yang pro e-Football dalam aspek bertahan secara terus terang mengatakan jika passing di game tersebut cukup ampas (si FI). Berbeda dengan FIFA 22 yang seolah-olah hampir selalu akurat. Apalagi setelah salah satu temen penulis mulai mengakrabkan diri ma kombinasi tombol L1 dan segitiga () yang memang cukup jitu dalam membongkar kebuntuan ketika menghadapi lawan yang memakai strategi “low block” (strategi bertahan dengan garis pertahanan rendah alias parkir bus). Namun, ada juga temen penulis yang menganggap bahwa passing di FIFA maupun di eFootball tidak terlalu berbeda (si AI).
Salah satu contoh passing di FIFA 22
Menurut penulis, passing di FIFA itu sangatlah kane. Perlu digarisbawahi ya kalau ini bukan berarti penulis gabisa main “oper-operan” di eFootball. Cuman kalau disuruh milih antara dua game tersebut, ya jelas milih FIFA lah! Memang sih di FIFA 22 gameplaynya lebih lambat ketimbang FIFA 21 seperti yang dirasakan CJM pada reviewnya (meski bagi penulis gap nya ga terlalu mencolok). Namun, dalam masalah “fluiditas” atau kecairan dalam mengalirkan bola, FIFA 22 sangatlah top! Apalagi didukung dengan gerakan pemainnya yang lebih fleksibel dan tidak kaku kek di eFootball.
Salah satu contoh dribbling (yang berujung gol) di FIFA 22
B. Dribbling Ability
Nah, ngomong-ngomong soal fleksibilitas gerakan, selanjutnya akan dibahas mengenai hal ini khususnya pada aspek dribbling khususnya saat menggocek lawan. Menurut hampir semua temen penulis (AI, RA, SA, dan FI), gerakan pemain di FIFA 22 sangatlah lihai alias cair abiz. Apalagi saat menggocek, kalian hampir selalu dapat melewati lawan dengan cukup mudah. Tapi ya hal ini yang membuat ngedefend di FIFA 22 menjadi cukup sulit seperti yang telah disinggung sebelumnya. Meski demikian, menurut penulis aspek ini sangat enjoyable ketimbang di eFootball. Memang sih di eFootball masih bisa ngegocek. Tapi tentunya ga selincah di FIFA 22. Apalagi kalau pemain yang lu pakai emang rajanya “dribble” yang juga cepet kek Vinicius, Messi, Saint-Maximin, ataupun Salah seperti yang dibahas ma TLM. Beh, auto modar tuh bek wkwk. Bahkan salah satu temen penulis menganalogikan gerakan pemain (si RA) di eFootball 2021 layaknya narik jangkar kapal saking beratnya bagi dia wkwkw. Kalau si SA juga gaada masalah si meski dia bilang kalau di eFootball lari pemainnya lebih “ngepot” timbang di FIFA 22.
Salah satu contoh ngegolin di FIFA 22
C. Shooting Ability
Hal terakhir yang akan dibahas adalah masalah shooting atau mencetak gol. Ini sih ga terlalu menjadi masalah sih cetak gol di FIFA 22 agak challenging karena kiper di game tersebut lebih OP. Dan hal ini yang membuat salah satu temen penulis sangat frustasi akan hal ini (si AJ). Apalagi doi sering banget kena mistar kalau nendang “plesing”. Dan ya emang sih, tendangan “plesing” di FIFA 22 itu cukup maut seperti yang dibahas IGN dalam reviewnya (Dah pasti “Game Over” la kalau dah kena tuh tendangan wkwk). Nah, gimana nih menurut kalian?
Kesimpulan Review Gameplay FIFA 22 |
Inisial Nama | Tackling Ability | Goalkeeper Ability | Passing Ability | Dribbling Ability | Shooting Ability |
---|---|---|---|---|---|
FI | eFootball 21 | FIFA 22 | FIFA 22 | FIFA 22 | FIFA 22 |
RA | FIFA 22 | FIFA 22 | FIFA 22 | FIFA 22 | FIFA 22 |
AI | eFootball 21 | eFootball 21 | eFootball 21 | eFootball 21 | eFootball 21 |
MF | eFootball 21 | eFootball 21 | eFootball 21 | eFootball 21 | eFootball 21 |
SJ | Netral | Netral | Netral | Netral | Netral |
FD | Netral | Netral | Netral | Netral | Netral |
AN | eFootball 21 | FIFA 22 | FIFA 22 | FIFA 22 | FIFA 22 |
Oke Noobs, mungkin sampai disini aja review FIFA 22.
Apakah ada yang sepemikiran dengan review ini? Atau malah punya pendapat lain.
Langsung aja berikan pendapat kalian di kolom komentar ya Noobs..